Senin, 10 Desember 2012

TINGKAH LAKU MENYIMPANG


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya tingkah laku menyimpang ini dilakukan olah kalangan remaja. Karena pada tahap ini remaja masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dalam pandangan masyarakat umum.
Dalam teori peteotologi sosial yang menyatakan bahwa tidak ada keadaan atau perilaku yang betul-betul normal secara ideal, tetap yang ada yaitu bahwa keadaan antara normal dan abnormal. Oleh karena itu, batasan tentang tingkah laku menyimpang memiliki rentang yang cukup luas. Wujud dari tingkah laku menyimpang itu dapat bermacam-macam mulai dari jenis yang tergolong masih ringan dan hingga yang berat.
Banyak faktor atau sumber yang menyadi penyebab timbulnya perilaku menyimpang, baik yang berasaa dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Maka di sini akan di bahas apa yang di maksud dengan tingkah laku menyimpang, bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang tersebut dan usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya.

B.     Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh para remaja dalam bersikap sehingga perilaku mereka dan yang disebut sebagai tingkah laku menyimpang, sehingga makalah ini akan bermanfaat untuk: Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis tentang permasalahan yang dikaji.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Tingkah Laku Menyimpang
Perilaku seseorang dapat dikatakan menyimpang apabila perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, yang melanggar aturan-aturan, nilai-nilai dan norma baik norma agama, norma hukum, dan norma adat. Menurut Andi Mappiare (1982) tingkah laku menyimpang itu juga disebut dengan “Tingkah Laku Bermasalah”. Artinya, tingkah laku bermasalah yang masih di anggap wajar dan di alami oleh remaja yaitu tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagian akibat adanya perubahan secara fisik dan psikis, dan masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Jadi, tingkah laku penyimpangan dapat diartikan bahwa perilaku yang buruk atau negatif yang merugikan diri sendiri dan orang lain yang tentu saja melanggar norma-norma yang ada yang cenderung berbeda dari orang-orang sekitarnya.
B.     Jenis-jenis Tingkah Laku Menyimpang
Adapun bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang yang dapat kita identifikasi adalah:
·         Reaksi Hiperkenetik
Maksudnya anak yang melakukan tingkah laku menyimpang cenderung berlebih-lebihan dalam bersikap.
·         Menarik Diri
Remaja ini akan selalu menghindar dari kelompok teman-temannya karena di anggap berbeda dengan teman yang lain.
·         Cemas yang Berlebihan
Ia akan selalu dilanda kecemasan atas sikapnya yang bertentangan dengan orang lain sehingga dirinya takut tidak akan diterima.
·         Melarikan diri dari rumah dan masuk perkumpulan anak-anak nakal (Gank)
Hal ini terjadi apabila, misalnya pendapatnya di rumah tidak didengarkan oleh penghuni rumah seperti ayah atau ibu, selalu diremehkan oleh saudara dan lain-lainnya.
·         Agresi Individual
Biasanya remaja yang mempunyai sikap seperti ini akan cendrung agresif terhadap lawannya dalam segala hal yang bersifat keras.
·         Menjadi Remaja Nakal
Akibat tidak adanya perhatian di rumah atau orang-orang yang diharapkan menjadi tempat keluh kesah maka tidak mustahil semua sikap yang ia munculkan adalah sifatnya yang buruk dengan sering menggangu teman, memunculkan dan sikap lain yang bersifat fisik dan kekerasan.
·         Melakukan Tindakan Kriminal
Mungkin seringnya remaja berinteraksi dengan lingkungan yang buruk dapat menyebabkan remaja tersebut malakukan hal-hal yang negatif seperti sering mencuri, merampok, berjudi dan sebagainya.
·         Penyimpangan Seksual
Hal ini dapat terjadi apa bila remaja tersebut terpengaruh hal-hal negatif di luar kewajibannya sebagai siswa dan anak yang seharusnya belajar di sekolah. Tapi mereka justru terperangkap pada jalan hitam dengan menjadi homo seksual, lesbi, gigolo, sadisme dan sebagainya.
·         Kecanduan narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba).
·         Melakukan pemerasan untuk mendapatkan uang kepada orang lain.
·         Dan lain-lain.
Batas tentang perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat luas, sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan menyimpang, maka Gunarsa (1986) menggolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:
1.      Penyimpangan tingkah laku yang bersifat amoral dan asosial, dan tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pelanggaran hukum. Contohnya adalah, berbohong, membolos, kabur atau minggat dari rumah, membaca buku porno, berpesta semalam suntuk, berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras.
2.      Penyimpangan tingkah laku yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang hukum yang biasa disebut dengan kenakalan remaja (deliquency). Misalnya adalah berjudi, membunuh, memperkosa dan mencuri.

C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Tingkah Laku Menyimpang pada Remaja
Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku menyimpang, baik yang berasal dari dalam maupun dari dalam diri individu yang bersangkutan maupun yang berasal dari luar dirinya.
Secara garis besar faktor-faktor penyebab terjadinya tingkah laku menyimpang dapat berasal dari:
·         Keadaan individu yang bersangkutan
1.      Potensi kecerdasannya rendah, sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan. Akibatnya ia sering frustasi, mengalami konflik batin dan rendah diri.
2.      Mempunyai masalah yang tidak terpecahkan.
3.      Belajar cara penyesuaian diri yang salah.
4.      Pengaruh dari lingkungan.
5.      Tidak menemukan figur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
·         Dari luar individu yang bersangkutan
ü  Lingkungan Keluarga
1.      Suasana kehidupan keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman (keluarga brocken home).
2.      Kontrol dari orang tua yang rendah, yang menyebabkan berkurangnya dispilin dalam kehidupan keluarga.
3.      Orang tua yang bersikap otoriter dalam mendidik anak.
4.      Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.
5.      Kehadiran dalam keluarga tidak diinginkan, sehingga orang tua tidak menyayanginya.
ü  Lingkungan Sekolah
1.      Tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanding dengan kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
2.      Longgarnya disiplin sekolah menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan yang ada.
3.      Anak-anak sering tidak belajar kerena guru sering tidak masuk, sehingga perilaku anak tidak terkontrol.
4.      Pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuai dengan perkembangan remaja.
5.      Saranan prasarana sekolah yang kurang memadai, akibatnya aktivitas anak jadi terbatas.
ü  Lingkungan Masyarakat
1.      Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membelajarkan anak atau memecah pelanggaran tata tertib sekolah.
2.      Media cetak dan media elektronik yang beredar secara bebas yang sebenarnya belum layak buat remaja, misalnya berupa gambar porno, buku cerita cabul.
3.      Adanya contoh atau model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan remaja, misalnya main judi, minumaman keras dan pelacuran.

D.    Pelayanan yang Tepat Terhadap Remaja untuk Menghindari Terjadinya Tingkah Laku Menyimpang di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Penyimpangan perilaku remaja atau siswa tidak hanya merugikan dirinya dan masa depannya, tetapi juga orang lain dan memusnahkan harapan orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena itu diperlukan tindakan nyata agar tingkah laku yang menyimpang tersebut dapat diatasi. Usaha tersebut dapat bersifat pencegahan (preventif), pengentasan (carrative), pembetulan (correntive), dan penjagaan atau pemeliharaan (preservative).
·         Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga
1.      Menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka di antara anggota keluarga, anak mereka lebih kerasan di rumah dari pada keluyuran di luar rumah.
2.      Orang tua jangan terlalu menuntut secara berlebihan kepada anak untuk berprestasi atau memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi tertentu bilamana tidak sesuai dengan kemampuan/protensi yang dimiliki anak.
3.      Membantu mengatasi berbagai kesulitan yang dialami remaja.
·         Usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah
1.      Menegakkan disiplin sekolah.
2.      Membantu masalah yang di alami oleh siswa sebagaimana di ketahui bahwa salah satu sumber terjadinya perilaku menyimpang yaitu siswa menghadapi masalah yang tidak terpecahkan.
3.      Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana belajar.
4.      Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
·         Usaha masyarakat dalam menanggulangi perilaku menyimpang
1.      Secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada anak yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran berlansung, misalnya nongkrong di warung.
2.      Melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu melakukan tindakan menyimpang.
3.      Ikut menjaga ketertiban sekolah, dan menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk terwujudnya proses belajar mengajar yang baik.

E.     Upaya Guru Pembimbing Mengatasi Masalah Tingkah Laku Menyimpang pada Remaja Sesuai Bidang Bimbingan
Menurut Prayitno, penanganan kasus pada umumnya dapat dilihat sebagai keseluruhan perhatian dan tindakan seseorang terhadap kasus (yang dialami oleh seseorang) yang dihadapkan kepadanya sejak awal sampai dengan diakhirinya perhatian dan tindakan tersebut. Dalam pengertian itu penanganan kasus meliputi:
1.      Pengenalan awal tentang kasus, yang dimulai sejak mula kasus itu dihadapkan.
2.      Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus itu.
3.      Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk-beluk kasus tersebut, dan akhirnya
4.      Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan itu.

Lebih lanjut Prayitno mengungkapkan, dilihat lebih khusus, penanganan kasus dapat dipandang sebagai upaya-upaya khusus untuk secara langsung menangani sumber pokok permasalahan dengan tujuan utama teratasinya atau terpecahkannya permasalahan yang dimaksudkan.
Dengan demikian, penanganan kasus dalam pengertian yang khusus menghendaki strategi dan teknik-teknik yang sifatnya khas sesuai dengan pokok permasalahan yang ditangani itu. Setiap permasalahan pokok biasanya memerlukan strategi dan teknik tersendiri. Untuk itu diperlukan keahlian konselor dalam menjelajahi masalah, penetapan masalah pokok yang menjadi sumber permasalahan secara umum, pemilihan strategi dan teknik penanganan atau pemecahan masalah pokok itu, serta penerapan pelaksanaan strategi dan teknik yang dipilihnya itu.
Dalam bimbingan dan konseling studi kasus diselenggarakan melalui cara-cara yang bervariasi, seperti analisis terhadap laporan sesaat (Anecdotal report), otobiografi atau cerita tentang anak atau klien yang dimaksud, deskripsi tentang tingkah laku, perkembangan anak atau klien dari waktu ke waktu (case history), himpunan data (cummulative records), konferensi kasus (case conference).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya tarik dari makalah ini adalah:
1.      Kenakalan remaja dapat terjadi dari faktor dalam diri individu maupun dari luar individu tersebut.
2.      Remaja akan cenderung melakukan tingkah laku yang menyimpang jika ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan hati nurani mereka.
3.      Penyimpangan tersebut dapat terjadi jika anak remaja tersebut tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.

B.     Saran
  1. Untuk mengantisipasi remaja agar tidak melakukan kegiatan dan tingkah laku yang menyimpang maka perlu adanya perhatian dari berbagai pihak yang tarkait, seperti orang tua yang sangat berperan penting, guru yang sangat berpengaruh di sekolah dan anggota masyarakat yang paling mendukung.
  2. Bagi remaja, agar tidak terlambat dengan hal-hal negatif yang tentu saja menyimpang, hendaklah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler contohnya masuk dalam kegiatan Pramuka, PMR, olahraga dan lain sebagainya.





DAFTAR PUSTAKA

Mudjiran, dkk. 2008. Buku Ajar: Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar